Arsip Tag: Germany

Surat-Surat Werther

12 Mei

Aku tak tahu apakah berbagai roh yang mengecohkan berkeliaran di sekitar tempat ini, atau khayalan langit yang mesra dalam hatiku, yang telah membuat segalanya di sekelilingku menjadi sedemikian surgawi. Tepat di depan kota ini ada sebuah sumur, sebuah sumur yang telah membelenggu diriku seperti Melusine dengan saudara-saudara perempuannya. – kauturuni sebuah bukit dan berada di sebuah gua, kemudian meniti sekitar dua puluh anak tangga, di sana kita dapat air terjenih keluar dari cadas marmer. Dinding kecil di atasnya merupakan bingkai, pohon-pohon tinggi yang meneduhi sekitarnya, kesejukan tempat itu, semuanya memiliki semacam daya rangsang dan mencekam. Kemudian datanglah gadis-gadis dari kota untuk mengambil air, suatu pekerjaan paling sederhana dan paling dibutuhkan yang dahulu dikerjakan sendiri oleh putri-putri raja. Jika aku duduk di sana maka bayangan kebapaanku bangkit begitu hidup di sekelilingku, kulihat bagaimana bapak-bapak itu berkenalan dan bercengkrama dan bagaimana roh-roh kebaikan melayang-layang di sekitar sumur itu. Oh, orang yang tak dapat turut merasakan ini, mereka tak pernah menikmati istirahat pada kesejukan sumur ini setelah berjalan-jalan yang melelahkan pada suatu musim panas.

30 Nopember
Aku tidak, aku tidak akan sembuh kembali! Kemana saja aku pergi selalu kutemui gejala yang membuatku tak dapat menahan diri. Hari ini! Oh, nasib! Oh, manusia! Aku pergi ke sungai di siang hari, aku tak bernafsu makan. Segalanya gersang, angin malam yang dingin dan basah bertiup dari gunung, dan awan hujan yang kelabu bergerak ke arah lembah….pistol ini sampai kepadaku melalui tanganmu, engkau telah membersihkan debunya, aku menciumnya seribu kali, engkau telah menyentuhnya! Dan engkau, roh surga, memudahkan keputusanku! Dan engkau, Lotte, menyerahkan perkakas itu kepadaku. Engkau, dari tangannya aku menginginkan menerima kematianku, dan ah, sekarang aku menerimanya. Oh aku mengorek segala sesuatu dari pesuruhku. Engkau gemetar ketika menyerahkan pistol itu kepadanya, engkau tidak mengucapkan selamat tinggal! – Awas! Awas! Tak ada kata selamat jalan! – Dapatkah hatimu tertutup bagiku, demi saat-saat yang telah mengikatku kepadamu selama-lamanya? Lotte, seribu tahun tak akan dapat menghapus kesan! Dan aku rasakan itu, kau tak dapat membencinya, seseorang yang hatinya membara untukmu.

Semua telah berlalu; tapi tak ada keabadian akan menghilangkan kehidupan yang menyala-nyala, bahwasannya aku menikmati bibirmu kemarin, yang kurasakan dalam diriku! Ia mencintaiku! Lengan ini dipeluknya, bibir ini gemetar pada bibirnya, mulut ini meronta-ronta pada bibirnya. Ia milikku! Kau adalah milikku! Ya, Lotte, selama-lamanya. Dan apa itu, bahwa Albert adalah suamimu? Suami! Ini seakan hanya untuk dunia ini – dan untuk dosa dunia ini, bahwa aku mencintaimu, bahwa aku ingin merampasmu dari tangannya? Dosa? Baiklah, dan aku menghukum diriku untuk itu; aku boleh menikmatinya dalam keseluruhan kenikmatan surgawi, dosa ini, aku telah menyerap balur kehidupan dan tenaga dalam hatiku. Dari saat ini kau adalah miliku! Milikku, oh Lotte! aku mendahuluimu! Aku pergi menemui Bapaku, menemui Bapamu. Kepada-Nya aku akan mengadu, dan Ia akan menghiburku sampai engkau datang, dan aku akan terbang menyambutmu dan menangkapmu dan tinggal bersamamu di hadapan belas kasih yang tak terhingga dalam pelukan abadi.

Aku tidak bermimpi, aku tidak melamun! Dekat makam akan tampak lebih terang bagiku. Kita akan demikian! Kita akan bertemu lagi! Bertemu dengan ibumu! Aku akan bertemu dengan dia, kau akan menemukannya, ah dan di hadapannya aku akan mencurahkan seluruh isi hatiku! Ibumu, suri tauladanmu.

(Diambil dari novel Penderitaan Pemuda Werther karya Johann Wolfgang von Goethe)